Postingan

1.1.a.8. KONEKSI ANTAR MATERI - KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1

Gambar
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.1 Penulis: Rian Hendrian CGP ANGKATAN 10_SDN SUKAMANAH 01_KAB.BOGOR Sebagai pembelajar  yang baik dalam upaya mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia saya terus berupaya merefleksikan pemahaman serta membuat koneksi dari setiap materi-materi baru yang saya dapatkan.  untuk itu berikut ini saya sajikan koneksi dari antar materi modul 1.1 tentang "REFLEKSI FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL-KI HADJAR DEWANTARA". 1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1? Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Ki H

REFLEKSI DIRI TENTANG PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA

Gambar
  TUGAS 1.1.a.3 MULAI DARI DIRI REFLEKSI DIRI TENTANG PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA DI SUSUN OLEH: RIAN HENDRIAN,S.Pd [CGP ANGKATAN 10_ Kelas 10.033.JABAR.UNDANG KOSWARA]        Ki Hajar Dewantara (KHD) menggambarkan secara detail dan utuh pemikiran KHD tentang pendidikan. Pendidikan bisa dijadikan sebagai ruang berlatih, wadah untuk menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diwariskan secara terus menerus. Maka dari itu, Pendidikan harus menjadi sumber positif bagi peserta didik. Selain itu, pengajaran dan pendidikan memiliki maksud untuk mewujudkan manusia yang merdeka. Manusia yang merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain. Dengan kata lain, manusia yang merdeka adalah manusia yang bisa bersandar atas kekuatan sendiri. 1. Tulisan Reflektif Kritis  Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran?  yang saya ketahui mengenai pemikiran KHD yaitu  Pendidikan dan pengajaran adalah h

AYAH KU RINDU

Gambar

ADANYA TAKDIR TIDAK UNTUK SEMUA ITU

Kala siang itu begitu melankolis. Pancaran panasnya mentari pun ikut menghiasi melankolisnya hari itu. Entah kemana siulan burung-burung yang indah, hembusan angin yang   sejuk, tawa riang anak-anak kecil pun tidak ku rasakan hari itu. Aku yang masih bergelut dengan segala pekerjaanku sesekali teringat pada satu fikiran yang membuat buyar konsentrasiku. Sama sekali tak ingin ku ingat masalah yang sekian lama ada dalam hidupku. Entah harus seperti apa aku menjalani nya. Begitu pahit bila terus aku ingat, namun selalu coba ku buat manis rasa pahit itu. Sesekali aku menatap kosong layar laptopku, merasakan lamunanku dalam fikiran itu. Entah aku tergolong orang yang bersyukur atau kufur akan nikmatNya. Entah Aku memang tergolong orang yang tak kuat akan segala bantingan hidup. Atau memang aku orang yang sangat lemah. Entah apapun itu, namun kesedihanlah yang ada bila selalu ku ingat tentang hidupku.  Saat umurku 4 tahun aku selalu bahagia, tertawa bersama ayah dan Ibu ku.

SEPERTI AWAN MENDUNG YANG KEMBALI MENDAPATKAN SINARNYA

Sore itu, ketika cuaca terlihat tak tentu. Kadang panas yang terasa, namun hujan pun tak ingin kalah dengan hadirnya mentari. Di sore itu aku sedang memainkan iPhone dan membuka inbox sms dari teman ku. Inbox itu ternyata dari salah satu teman SMA ku yang sudah lama tak ku jumpai. Febriana Charis namanya. Namun aku sering memanggilnya dengan panggilan Aris. “Lagi dimana kamu yan?” .  Begitulah isi sms dari nya. Begitu singkat dan jelas. Aris hanya ingin bertemu dengan ku, salah satu sahabat SMA nya. Dia sedang libur bekerja kabarnya. Sekitar 15 menit kemudian, tak lama ia sampai didepan rumah ku. Wajah polos nya, senyum nya yang lebar, masih terlihat sama ketika dia masih SMA. Namun ada yang berbeda darinya, kulitnya kini tak sehitam semasa SMA. Badan nya pun tak kurus seperti waktu itu. Dia sudah terlihat Putih dan gemuk. “Lama tak jumpa, Silahkan Masuk!” (Sapa ku dengan senang bertemu dengan sahabat SMA ku yang Lama tak ku jumpai.) Apa kabar kau dijakar

IKHLASKU ADALAH JALANKU

Angka 21, untuk nominal angka itu masih terlihat terlalu kecil. Namun untuk sebuah usia, 21 itu sudah terlihat matang mestinya. Di angka itu lah aku sekarang berdiri. Kini usia ku menginjak 21 tahun. Banyak pelajaran dan pengamalan yang aku dapat di usia 21 ini. Tidak luput juga dengan masalah-masalah yang pernah besarang di usia 21 ini. Dan di usia 21 tahun ini aku pun masih merindukan sosok Ayah yang telah pergi saat usiaku 7 tahun. Saat itu usiaku 7 tahun dan aku baru menginjak Sekolah Dasar kelas 2. Di usia itu aku masih belum mengerti apa itu arti kata dari “meninggal” dan “Menikah”. Masih terlalu kecil untuk memahami arti kata itu. Pada saat itu aku hanya tahu Ayah ku sedang tertidur pulas dirumahku. Tetapi banyak sekali orang-orang yang mengaji dan menangis ketika melihat Ayahku yang sedang tertidur pulas itu. “Ayah nya lagi Bobo yah” seseorang berbicara disamping telingaku. Tidak lama bibi ku datang melihat ayahku yang sedang tertidur itu. Semakin aneh